Ditatapnyalelaki yang wajahnya sudah mulai tampak keriput sedang duduk melamun sambil memegang foto wanita yang amat dicintainya. Athar mengelus dada rasa sakit kembali menghampirinya begitu pedihnya ditinggalkan orang yang disayang. "Mungkin sebaiknya aku jangan nganggu papa dulu," pikir Athar dan berlalu dari kamar Dirgantara.
Ilustrasi Puisi Kehilangan Seseorang yang Disayang, Foto Unsplash/Daniel Kehilangan Seseorang yang Disayang Ilustrasi Puisi Kehilangan Seseorang yang Disayang, Foto Unsplash/Andrew mataku terus mengalir ketika aku ingin melupakannyaSakit rasanya tuk kuperjuangkan demi satu nama di hatiBiarkanlah dia pergi tuk tersenyumMungkin dengan ituAku bisa merasakan kebahagiaan dirinyaWalau sakit kurasaKehilangan orang yang dicintaiBagaikan jari yang terluka goresan pisauApalagi bila kita mempunyai sebuah kenangan dengan dirinyaMaka hanya air mata dan hatiYang bisa merasakan kenangannyaSaat terakhirku melihatmuAku terpakuKetika kau mengembuskan napas terakhirAku seakan berada di antara mimpi dan kenyataan yang sungguh tak kuinginkanKehilangan orang yang kucintaiKetika kumulai menyadari kenyataanAku menagis seakan dunia tak lagi milikkuDan mungkin akan berakhir hingga aku pulang ke pangkuan-NyaPucat pasiWajahku tertundukLesu menatap lantaiBercat putih putih hijauSepenggal angananMembuka tirai ceritaLewat langkah waktuYang terus berlaluSamar-samarBegitu jelas mengulasHitungan detikHingga napasku belum sempat terembusTerngiang tembangBelum padam dari bibir mungilmuHangat membekas di telingaMenumpuk, menyatu deru angin"Ku akan terbang tinggiMelintasi awan dan megaDi atas bentangan nusaMengejar lengkungan pelangiTak berharap kukembali"Dan, hitungan waktuMenciptakan telah ciptakanTetes embun dukaMemandikan mawar merahYang belum sempat layuDi atas pusaraKuletakkan bunga terakhirSisa perpisahan tadiDengan luka jiwa dukaLangit bergemuruh bergema seakan mau runtuhMengoyak-ngoyak relung sanubariMencabik-cabik batinSuaranya masih berdentang hebatLuka dalam perih teriris-irisMengejan rasa pijar sakit yang tak terperiMelumat memendam kesumat asmaraTercerabut dari titik pesakitanPudar rasa tersiram rasa tak sampaiJauh menjauh merangkul sepiDingin sesak meratapi pergiTinggalkan nestapa duka lara di hatiTangis isak merangkai hariMemeluk kenangan sejuta mimpiHancur sirna dihempas patah hatiLukanya menganga di relung hati
KataKata Takut Kehilangan Orang Yang Disayang - Carol xxxxx
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. "Kematian merupakan sebuah kepastian. Tidak ada manusia yang bisa menjawab rumus kematian dengan pasti. Serahkan segala-galanya kepada Allah SWT." Nasihat Ummi Aisyah seraya membelai bahu Friska dengan hanya menundukkan kepala dan menahan isak tangis yang menyesakkan dadanya. Satu tahun lalu dia kehilangan ibunda karena kecelakaan tragis. Kini dia pun harus kehilangan ayah yang digerogoti penyakit yang mematikan. Menyesal? Ya ... penyesalan Friska membuatnya terpuruk. Seharusnya dia tidak bersikap tidak adil pada ayah. Dia seharusnya menemani dan merawat ayah sejak kepergian bunda. Sikapnya yang membenci ibu tiri dan adik tirinya pasti sangat melukai hati Ayah dan pasti menambah berat penyakitnya itu. Namun, hati Friska tetap tidak bisa menerima kehadiran dua orang yang telah menyakiti hati bundanya. Setelah dirawat selama lima hari di ruang ICU Rumah Sakit Cinta Kasih, ayah menyerah. Padahal selama ini dia tidak pernah mengeluh tentang penyakitnya."Sebentar lagi, ambulans yang membawa jenazah Tuan akan tiba, Mbak Friska," ujar Pak Ujang memberitahukan."Ya, Pak Ujang. Terima kasih. Saya akan ke depan," jawab Friska seraya bangkit. Ummi Aisyah menemani menunggu jenazah Ayahnya di ruang tamu. Di sana sudah ada beberapa pelayat yang menunggu. Saat melihat Friska, mereka bangkit dan menyalaminya serta menguatkan hatinya. Friska hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada mereka. Tak lama kemudian mobil jenazah datang di pelataran rumah Friska. Dia melihat Bu Fitria, ibu tiri dan Raihan, adik tirinya turun dari bagian belakang. Mereka mendekati Friska yang berada di ruang tamu."Sabar ya ... Friska. Ayah sudah tenang di sana." Bu Fitria memeluk Friska seraya menangis. "Kakak, kita ikhlaskan Ayah pergi, ya," ujar Raihan 1 2 3 Lihat Fiksiana Selengkapnya
Ahmadnamanya. Dalam remang-remang kenangan waktu sekolah dasar pertama kali aku kenal dia. Ahmad orang pertama yang menyapaku di bangkunya. Ketika aku nakal masuk ke ruangan kelas empat tempat ayahku mengajar. Menyisir satu persatu barisan bangku. Sebagai anak kecil itulah hobiku dulu. Menguntit Ayah ke sekolah. Mengikuti langkahnya menuju kelas.
Cerpen Karangan Laela Sari AsihKategori Cerpen Persahabatan, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 19 January 2016 3 tahun yang lalu, tepatnya saat aku masih SMP kelas 9. Aku mempunyai seorang teman cowok, namanya Yoga. Kita berteman dari SD. Karena pertemanan kita yang terjalin cukup lama, kita sangat dekat bahkan hampir di setiap waktu kita selalu bersama, bagai sepasang sepatu yang gak bisa dipisahkan. Dimana ada aku pasti ada dia begitu pun sebaliknya. Sampai suatu ketika sikap Yoga mulai berubah, perubahan yang membuatku merasa gak nyaman, dia gak seperti Yoga yang dulu aku kenal, dia gak se-asyik dulu, dia cenderung lebih pendiam. Aku gak tahu apa yang terjadi padanya, apa yang membuat dia berubah, tapi aku berusaha memahami dan menerimanya. Suatu hari, saat sepulang sekolah dia berkata bahwa dia mulai menyukaiku, mulai tumbuh benih-benih cinta di hatinya, dia menyayangiku bukan lagi sebagai teman tapi sebagai orang yang dia cintai. Dia memintaku untuk menjadi pacarnya, dia memberi waktu seminggu untuk menjawab permintaannya itu. Aku bingung, aku terdiam tanpa ada sepatah kata terucap dari mulutku. Aku gak ngerasain apa yang dia rasain. Aku juga menyayanginya, tapi gak lebih dari sekedar teman. Tiba pada waktunya, seminggu telah berlalu. Dia kembali menyatakan perasaannya dan memintaku untuk menjadi pacarnya. Tapi aku menolaknya, dengan alasan kita udah berteman cukup lama, dan aku gak mau pertemanan kita rusak gara-gara cinta. Pertemanan kita lebih berharga dari apa pun. Jawabanku mungkin membuat dia kecewa, hingga dia pergi ninggalin aku tanpa mengatakan apa-apa. Keesokkan harinya saat di sekolah, aku mencoba bersikap seperti biasa berusaha melupakan apa yang telah aku ketahui. Aku pun menyapa Yoga yang duduk sendiri di kelas. Tapi Yoga mengacuhkanku, melihat mukaku saja dia tak mau. Sepertinya dia masih kecewa dan gak terima dengan jawabanku kemarin. Setiap hari aku meminta maaf dan berusaha menyapanya. Tapi Yoga mengabaikan permintaan maafku. Sebulan berlalu, aku mulai lelah dan kehabisan cara supaya Yoga mau memaafkanku. Tuhan… Kenapa semuanya jadi seperti ini? Aku kangen dia yang dulu, dia yang selalu membuatku tersenyum, dia yang selalu menghapus air mata ini, dan dia yang selalu ada untukku. Tapi sekarang dia berubah, dia layaknya orang asing yang tidak mengenaliku, tak pedulikan aku bahkan tak menyapaku. Kembalikan Yogaku yang dulu ya Allah, lapangkanlah hatinya agar dia mau memaafkanku. 6 bulan kemudian, Yoga belum juga memafkanku. Aku sudah lulus SMP. Aku tidak bisa melanjutkan sekolah karena orangtuaku gak mampu untuk menyekolahkanku. Akhirnya aku memutuskan ke jakarta untak bekerja. Berbeda denganku, Yoga yang berasal dari keluarga berada melanjutkan ke SMA. Aku pergi ke jakarta tanpa berpamitan dengannya, Yoga pun hanya mengetahui kabarku dari sahabatku, Vica. Yang kebetulan satu sekolah dengannya. Vica bercerita bahwa setiap hari Yoga selalu bertanya tentang kabarku. Aku senang, ternyata dia masih peduli sama aku. Pada saat lebaran, aku pulang ke kampung halamanku dengan harapan bisa ketemu Yoga. Suatu hari aku pergi ke rumahnya untuk bertemu dengan Yoga, tapi yang ku temui di rumah itu hanyalah ibunya. Aku menanyakan kabar Yoga sama ibunya, Ibu Lilis. Tapi Ibu Lilis hanya diam dan matanya mulai berkaca-kaca, perlahan air matanya menetes dan membasahi pipinya. Dia bercerita bahwa Yoga sudah meninggal sebulan yang lalu karena kecelakaan. Seketika badan ini terasa lemas, air mataku pun mengalir tiada henti. Aku gak percaya kalau dia udah ninggalin aku untuk selamanya. Kenapa aku gak tahu tentang ini? Kenapa gak ada yang mengabariku? Hatiku hancur seketika. Setiap jam, setiap hari, aku selalu mengingatnya. Air mata ini selalu menetes jika teringat sosok Yoga. Sebulan berlalu, aku mulai bisa menerima kenyataan bahwa kita sudah beda alam. Bayang-bayang Yoga pun mulai hilang dari pikiranku. Sampai suatu malam, aku bertemu dengannya dalam mimpi. Di mimpi itu dia tersenyum kepadaku. Tapi semua itu cuma mimpi. Semua hanya tinggal kenangan yang tersusun rapi dalam ingatanku. Semoga kamu tenang di sana, bahagia di tempat terindah. Aku akan selalu mengingatmu, saat ini, nanti dan untuk selamanya. I miss you. Cerpen Karangan Laela Sari Asih Facebook NaElla Asih Cerpen Kehilangan Cinta Dan Sahabat merupakan cerita pendek karangan Laela Sari Asih, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Ku Temukan Sahabat Ku Oleh Syita Hari ini merupakan hari pertamaku mulai masuk di SMP, ini merupakan pengalaman yang sangat baru karena di sana aku tidak mempunyai teman satu pun ya mungkin karena aku bukan Hello Cordoba Part 2 Oleh Aisyah Nur Hanifah Setelah berkeliling memutari areal masjid, kemudian, Syabil selanjutnya mengajakku kembali menuju ke tempat sejarah yang kedua di Cordoba. Tempat tersebut, berlokasi di kota Zaragosa, dan bersebelahan dengan bukit sejuk Dua Sahabat Part 1 Oleh Arnetta Fasya Sayyidina Di pagi ini, Nissa tampak bosan, karena tidak ada teman. Yap! Teman-temannya sibuk dengan kegiatan sendiri. Nissa hanya mencoret-coret kertas yang ada di depannya. Tiba-tiba.. Ting nong ting nong. Diary Diandra Oleh Laila Dwi Cahyanti Pagi itu, mentari membangunkanku lebih cepat dari biasanya. Titik titik hujan semalam masih membekas membasahi jalanan. Aku membuka jendela kamarku, menatap keluar dan melihat ramainya pasar. Hari ini adalah Kecuali Aku! Oleh Ambiwwa Novita Sepertinya tak ada perempuan yang rela hati sejak kecil belajar menjadi pel*cur. Kecuali aku! Sepertinya tak ada perempuan yang saat tumbuh remaja tak ingin menikmati muda. Kecuali aku! Sepertinya “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"

Danyang teramat sakit ialah perasaanku. Memimpikan menjadi istri yang disayang bukan ditempeleng garang. Teringat nasihat mendiang kakek, "Sabar, sabar, sabar! Meski hidup lebih pahit dari empedu. Percayalah Allah Maha adil!" Ya, sepertinya kakek telah memprediksi bahwa aku, cucunya akan bernasib begini.

Pengalaman kehilangan seseorang yang disayangi bisa saja menimbulkan trauma karena emosi begitu besar. Terlebih, ada banyak orang yang menolak menjalani proses berduka, hal yang membuat proses adaptasi semakin sulit. Setiap orang menghadapi rasa kehilangan dengan cara berbeda, dan ini wajar. Merasa belum menjadi diri seutuhnya setelah kehilangan orang terdekat adalah hal yang sangat normal. Tahap kesedihan dan kehilangan Ada tahapan kesedihan dan kehilangan yang dialami semua orang dari berbagai latar belakang. Dalam buku Elisabeth Kübler-Ross pada tahun 1969 berjudul “On Death and Dying”, disebutkan 5 tahapan dalam fase ini. Namun, kelimanya tidak terjadi secara berurutan. Terkadang orang bisa mengalami satu fase dan lainnya bergantian sebagai cara berdamai dengan kesedihan. Berikut ini kelima tahapan kesedihan 1. Menyangkal dan mengisolasi diri Reaksi awal yang kerap muncul ketika mengalami kehilangan seseorang yang disayangi adalah menyangkal realita. Orang kerap berpikir bahwa ini sebenarnya tidak terjadi. Ini merupakan reaksi normal untuk menyikapi emosi yang membuat kewalahan. Arti denial termasuk dalam mekanisme pertahanan manusia sehingga tidak langsung merasakan emosi yang begitu intens. Bagi sebagian besar orang, muncul keyakinan bahwa hidup menjadi tidak bermakna serta hal lainnya tak bernilai. 2. Marah Tahap kesedihan lain adalah anger atau marah sebagai bentuk ketidaksiapan atas kehilangan yang begitu mendadak. Kemarahan ini bisa tertuju pada benda mati, orang asing, teman, bahkan keluarga. Bahkan, bukan tak mungkin kemarahan ini tertuju pada orang tersayang yang meninggalkan dunia karena menyebabkan rasa sedih dan sakit. Terkadang, dokter yang memberikan diagnosis dan tidak bisa menyembuhkan pasien juga bisa menjadi target kemarahan. 3. Negosiasi Reaksi normal lainnya saat merasa sedih adalah bernegosiasi atau bargaining. Ini merupakan cara untuk membuat diri merasa kembali memegang kendali. Akan muncul banyak skenario di pikiran, berbagai “if only” yang mengubah kenyataan. Secara garis besar, ini merupakan bentuk pertahanan diri yang lebih lemah ketika berlindung dari realita menyakitkan. Di fase ini, kerap muncul pula rasa bersalah. Wajar jika menyesal tidak melakukan suatu hal demi menyelamatkan orang tersayang. 4. Depresi Ketika bersedih, ada dua jenis depresi yang bisa muncul. Pertama adalah reaksi terhadap dampak setelah kehilangan seseorang. Dalam jenis depresi ini, akan muncul rasa sedih dan juga penyesalan. Kedua, ada depresi yang lebih tidak terlihat dan personal. Ini adalah tahap seseorang ketika bersiap untuk berpisah selamanya dengan orang tersayang. Terkadang, orang yang berada dalam fase ini hanya memerlukan dukungan berupa pelukan. 5. Penerimaan Tidak semua orang bisa merasakan tahapan ini. Ketika berada di tahapan ini, seseorang menjadi lebih tenang dan menutup diri. Namun, bukan berarti pula fase sedang berbahagia. Orang tersayang yang berada dalam kondisi kritis atau menua bisa mengalami fase ini. Dalam tahapan ini, wajar jika membatasi interaksi sosial. Baca JugaIngin Kurus? Operasi Sedot Lemak Belum Tentu Tepat untuk AndaMengenal Teh Darjeeling dan Manfaatnya untuk KesehatanManfaat Mengonsumsi Biji Wijen Hitam, Jagoan Menangkal Stres Oksidatif Bagaimana menghadapi kehilangan dengan sehat? Kehilangan seseorang lewat kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari. Namun, ada beberapa cara untuk menghadapinya dengan sehat, yaitu Beri waktu untuk bersedih Tidak ada patokan waktu yang sama bagi tiap individu saat bersedih. Ada banyak variabel yang turut menjadi penentu, seperti usia, durasi kebersamaan, dan tipe kematiannya. Artinya, sangat masuk akal seseorang perlu waktu berbeda untuk bisa mencerna kehilangan yang dialaminya. Tidak perlu memasang tenggat waktu untuk bisa berdamai dengan kehilangan karena justru menambah rasa stres. Ingat perannya semasa hidup Hal yang membuat perasaan menjadi nyaman ketika kehilangan orang tersayang adalah mengingat perannya semasa hidup. Ingat-ingat apa pengaruh terbesarnya yang bermanfaat hingga kini. Meski terdengar klise, mengingat hal-hal baik ini membuat seseorang bisa lebih fokus pada apa yang bisa disyukuri. Ada nuansa positif yang muncul ketika dalam fase bersedih. Melanjutkan kebaikan yang pernah diajarkannya menjadi hal yang membuat perasaan jadi nyaman. Meneruskan peninggalannya Menjalani kehidupan dengan meneruskan hal-hal baik yang diwariskan orang tersayang adalah cara terindah untuk menghormati mereka. Meski mereka telah tiada, bukan berarti legacy yang ditanamkannya turut padam. Cara seperti ini juga membantu seseorang lebih memahami sosok yang telah mendahului mereka, dengan cara yang menakjubkan. Bicara hal baik Tak usah segan berbicara tentang orang terkasih, seberapa besar rasa rindu padanya, hingga kenangan-kenangan menyenangkan bersamanya. Melakukan hal ini juga bisa menenangkan karena merasa orang yang telah meninggalkan kita tetap ada dalam hati dan pikiran. Baca JugaManfaat Terapi Menulis Jurnal untuk Anda yang Pernah Mengalami TraumaMengenal Carob, Si Pengganti Cokelat yang Tak Kalah Enak5 Manfaat Memaafkan untuk Usir Stres dan Sehatkan Jantung Catatan dari SehatQ Cara menghadapi fase kehilangan seseorang adalah hal yang sangat personal. Tidak ada batasan waktu. Tidak ada aturan baku atau cara yang benar untuk melakukannya. Namun apabila kesedihan semakin berlarut-larut bahkan mengganggu kehidupan, bisa jadi Anda butuh pertolongan. Untuk berdiskusi lebih lanjut, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Inilahdi antara hamba-hamba Allah yang dicintai oleh Allah: Pertama, hamba Allah yang hobinya ibadah, dermawan dan berbuat baik karena Allah. "Dan Allah mencintai hamba-hamba yang berbuat kebaikan." (QS Ali Imran: 134). Kedua, hamba Allah yang sungguh-sungguh bertakwa, takut sekali maksiat.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hari ini Selasa 05 Mei 2020, sembari menunggu imsyak, saya membaca notifikasi di laman Facebook saya. Salah seorang sahabat saya berulang tahun hari ini. Lalu? apa yang aneh? toh semua orang berulang tahun? sebenarnya tidak ada yang aneh kalau saja orang ini masih seberapa spesialnya sahabatku ini. Jawabanku tentunya sangat spesial, dia merupakan sahabat yang biasanya ku jadikan tempat untuk bercerita dan berkeluh kesah. Bahkan sebelum meninggal, saya masih sempat berjumpa serta canda tawa dengan sahabat ku ini, selain itu ada sebuah cerita yang masih membekas diingatkanku. Pada suatu pagi di akhir bulan Januari 2020, dimana waktu itu merupakan hari pertama saya kembali bekerja di tempat kerjaku di Depok setelah hampir tiga bulan cuti dan memilih bekerja di kampung sendiri di Ciamis. Sebelum bekerja, seperti biasa sembari ngopi dan mainan hp mengecek satu persatu aplikasi yang ada selain tentunya berita- berita mengenai sepak bola yang menjadi favoritku sedari kecil hingga pandanganku beralih ke aplikasi WhatsApp WA, menscrol beberapa WA Story yang ada di kontak. Namun, seketika mataku terperanjat setelah melihat salah satu sahabatku dari kecil dirawat di sebuah rumah sakit di saya membalas WA story sahabatku itu dengan rasa ingin tahu yang begitu mendalam. Sebelumnya memang saya sudah mengetahui bahwa dia memang sedang sakit."Man, dirawat," tanyaku penasaran. "Iya nih, sekarang dirawat di Rumah Sakit...," balasnya, saya berfikir itu istrinya yang membalasSayangnya aku tak sempat membalas kembali, untuk sekedar mengucapkan, "semoga lekas sembuh," karena waktu itu aku sudah ditunggu seorang rekan kerja untuk segera memulai pekerjaan di hari itu dan HP pun saya taruh di loker, karena memang tak terbiasa membawa HP dikala biasa aku bekerja dengan normal-normal saja tanpa beban pikiran, meskipun terkadang terngiang dalam pikiranku tentang sahabatku yang sedang berbaring di Rumah Sakit. 1 2 3 4 5 Lihat Cerpen Selengkapnya
Cahayadan Bayangan. Cerpen Karangan: Tita Larasati Tjoa. Kategori: Cerpen Fiksi Penggemar (Fanfiction), Cerpen Jepang. Lolos moderasi pada: 4 August 2022. Selepas Kagami meninggalkan Jepang usai mendapat tawaran dari Alexandra untuk pergi ke Amerika, Kuroko kembali melanjutkan perjalanan basketnya sendiri. Waktu pertandingan tim Vorpal Swords
Jika orang yang kita cintai dicuri dari kita, cara agar mereka tetap hidup adalah dengan tidak pernah berhenti mencintai mereka – The Crow, ditulis oleh James O’Barr, David J. Schow, dan John Shirley, 1994
Discovershort videos related to ketika kehilangan orang yang disayang on TikTok. Watch popular content from the following creators: Risma Ratna(@dekrisma1995), boy(@boy..gaming), RACUNNYA NONO(@trisnofikri), Rizki Amelia(@rizkiiiameliia_), " Lentera Merah "(@lenterahmerah), Ipah Lf♉(@ipahlf), Cₒᵣₑₜₐₙ(@buku_diary), Halimah(@dailyjour), Zilll(@zillyzillll21), sulekerbandung
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. 1942Krringg kringg..Telepon rumah berbunyi membangunkan Dina yang sedang tertidur lelap dan bermimpi indah. Dina yang masih mengantuk memaksa dirinya untuk beranjak dari sofa di ruang tengah."Halo, ini siapa ya?," tanya Dina yang masih setengah bangun. "Din, ini Ayah. Kamu sudah makan?" "Belum Yah, ada apa? Ayah sendiri sudah makan?""Ohh belum.. Nanti Ayah pulang bawa makan ya, Din. Tidak perlu mengkhawatirkan Ayah.""Baik Yah, hati-hati di sana.""Iya, Din. Terima kasih." "Sama-sama, Ayah."Dina sebenarnya sudah sangat lapar, tetapi nyatanya tidak ada makanan sedikitpun di rumahnya. Ia harus menunggu Ayahnya untuk Dina merupakan seseorang yang bekerja keras untuk membiayai keluarganya. Ayahnya bekerja di bawah pimpinan tentara dan pemerintahan Jepang. Sebenarnya Ayahnya tidak diperlakukan dengan baik, tetapi Ia menyembunyikannya dari anak dan istrinya. Ia tidak ingin anak dan istrinya panik dan khawatir. Dia bertahan agar bisa memberi makan dan membiayai kehidupan anak serta hari ini sedang libur sekolah. Kerjaannya hari ini di rumah hanya mengerjakan PR. Di sekolahnya, ia selalu ceria dan bermain dengan teman-temannya. Sekarang sudah larut malam dan sebentar lagi ayahnya akan tok tokk..Suara ketukan pintu yang menarik perhatian Dina. Dina segera berlari menuju pintu dan membuka pintu."Ayahhh!! Aku senang sekali Ayah sudah pulang.""Hai Dina.. Ini Ayah bawakan makanan.""Makasih Ayah. Ayo, kita makan bersama-sama.""Iya, Din. Ayah bersih-bersih dulu, ya. Jangan lupa panggilkan Ibumu.""Baik, Ayah."Ayah Dina sudah pulang dengan muka yang lesu dan banyak lebam di tubuhnya. Dina yang melihatnya pun bertanya-tanya apa yang terjadi dengan ayahnya. Apakah ayahnya terjatuh? Atau ayahnya bertengkar dengan seseorang? "Mungkin lebih baik aku tanya ayah nanti saja setelah makan malam," pikir Dina merupakan seseorang yang cantik dan juga masih terlihat muda. Sayangnya, ia sekarang sedang terbaring lemah di kamarnya dikarenakan penyakit asma dan demam yang menyerangnya. Ia harus banyak beristirahat karena asmanya akan kambuh jika ia terlalu banyak bergerak atau bekerja. Pusing yang dialaminya juga sangat akhirnya berkumpul bersama di meja makan dan makan bersama. Dina berusaha untuk memulai percakapan, "Ayah, tadi aku lihat, tangan Ayah banyak lebamnya. Ayah kenapa? Apakah Ayah bertengkar dengan seseorang? Atau Ayah terjatuh?""Mmm.. kalau soal itu, Ayah baik-baik saja kok, Din. Tidak usah memikirkan soal Ayah, itu hanya terbentur saja.""Terbentur? Hmm.. baiklah Ayah.""Sudah, ayo kita lanjut makan lagi.""Terbentur? Mana mungkin seseorang bisa terbentur dengan lebam sebanyak itu di tubuhnya? Lebih baik aku percaya saja dengan Ayah," kata Dina dalam mereka menyelesaikan makan malam, Dina membersihkan meja makan dan mencuci piring. Sedangkan Ayahnya mengantarkan Ibunya kembali ke kamar. "Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Ibu Dina."Jadi sebenarnya, Ayah ini bekerja di bawah tentara Jepang yang kejam, Bu. Ayah selalu dibentak dan diperlakukan tidak baik. Ayah tetap berjuang di sana karena mereka tetap memberikan Ayah uang.""Astaga Ayah.. Kenapa Ayah tidak pergi saja? Kita bisa mencari uang dari pekerjaan lain.""Tidak apa, Bu. Ayah masih bisa bertahan demi kalian," kata Ayah Dina sambil tersenyum yang lalu menyelimuti istrinya dan pergi tanpa mengatakan apapun hari, Dina merawat Ibunya dengan tekun dikarenakan sakitnya yang bertambah parah. Pusing yang dialaminya semakin parah dan tak kunjung hilang. Nyatanya, ini dikarenakan karena Ibunya pernah dipukul kepalanya oleh tentara Jepang ketika sedang pergi ke luar rumah sehingga mengakibatkan terjadinya pembengkakan otak. Ibunya tidak pernah memberi tahu Dina karena Ia tidak ingin Dina harinya, Dina pergi ke sekolah seperti biasa. Dina melakukan senam setiap pagi disekolahnya yang dinamakan 'Taiso' dan juga mengucapkan sumpah setia kepada Kaisar Jepang. Di sekolah, Ia diajarkan Bahasa Indonesia dan Jepang, Ideologi Jepang yaitu Ideologi Hakko Ichi serta kebudayaan Jepang. Segalanya mengenai Jepang. Ia diperintahkan untuk menanam, mengumpulkan batu dan pasir yang merupakan kepentingan perang, dan lain-lain. Ia sebenarnya juga lelah, naming tidak bisa melakukan akhirnya pulang untuk bertemu dengan Ibunya. Ketika Ia membuka pintu kamar, Ibunya tidak ada. Ia mencari ke seluruh sudut rumah, tetapi tetap saja Ia tidak bisa menemukan Ibunya. Ia segera ke luar rumah untuk bertanya kepada orang-orang. Tidak satupun orang yang Ia tanya melihat Ibunya. Ia sebenarnya sangat ingin mencari Ibunya, tetapi Ibu dan Ayahnya pernah berkata kalau Ia tidak boleh pergi jauh dari rumah selain ke sekolah. Jika Ia sudah pulang sekolah, Ia harus langsung pulang dan tak boleh kemana-mana. Dina sangat khawatir. Dina setia menunggu Ibunya untuk berjam-jam, tidak ada tanda-tanda Ibunya pulang. Ia sangat sedih dan memutuskan untuk menunggu Ayahnya dan memberitahunya. Akhirnya, Ayah Dina pulang. "Ayahhh!! Ibu hilang, Yah. Ibu tidak ada di kamarnya dari tadi siang. Aku sudah bertanya ke orang-orang, tetapi tidak ada satupun yang melihat Ibu. Aku khawatir, Yah.""Iya iya, Din. Kamu tenang dulu. Ayah cari Ibu sekarang. Kamu tunggu di sini. Jangan kemana-mana." Jantungnya berdegup kencang. Ia tahu, ada sesuatu yang tidak beres. Dengan menahan sakit yang Ia rasakan akibat siksaan Jepang, Ia berlari mencari istrinya namun tidak ada hasil. Ia pulang dengan bersedih dan memberi tahu Dina."Maaf, Din. Ayah tidak bisa menemukan Ibu. Kita lebih baik menunggu.""Tapi Yah..""Sudah-sudah.. Kamu lebih baik tidur.""Baik, Yah. Tolong temukan Ibu secepatnya."Malam berlalu. Matahari menggantikan bulan. Dina dengan hati yang bersedih tetap berangkat ke sekolah. Ayahnya sudah tidak ada di rumah. Setelah pulang sekolah, Ia menunggu Ayahnya. Sampai tengah malam, Ayahnya tidak juga pulang. Ya, lagi-lagi seseoang yang berharga di hidupnya tidak pulang. Ia sangat sedih dan panik. Ia segera mencari Ayahnya. Tidak ada, tidak ada berganti hari, kedua orang tuanya tak kunjung pulang. Dina harus menerima kenyataan bahwa Ia harus hidup sendiri. Sampai saat ini, Ia tidak mengetahui keberadaan orang tuanya dan mengapa meraka tidak pulang. Sebenarnya, Ayahnya sudah meninggal karena siksaan Jepang. Selama ini, ternyata Ayahnya merupakan pekerja 'Romusha'. Pada hari itu, Ayahnya memberontak kepada Jepang karena Ia tahu Jepang yang menculik istrinya. Istrinya diculik dan dilecehkan. Pada akhirnya, mereka berdua dibunuh. Ya, dibunuh. Mereka tidak akan kembali lagi dan Dina harus menerima kenyataan tersebut. Kebahagiaan yang dimiliki oleh Dina telah bagaimana kejamnya Jepang dengan kegiatan 'Romusha'nya. Bahkan, anak-anak pun dimanfaatkan untuk kepentingan perang di sekolah. Bersyukurlah karena sekarang kita bisa bersekolah dengan bebas dan orang tua kita bisa bekerja dengan bebas. 1 2 3 4 Lihat Cerpen Selengkapnya
  • Эвէлխ ե иፓуз
    • Эጌорсοψад ըтогу ዮщυмаሖиц
    • Фιхиηяሴинт вр х
  • Оцቪւ наջ
.
  • xd5wln4hc3.pages.dev/262
  • xd5wln4hc3.pages.dev/340
  • xd5wln4hc3.pages.dev/303
  • xd5wln4hc3.pages.dev/310
  • xd5wln4hc3.pages.dev/133
  • xd5wln4hc3.pages.dev/269
  • xd5wln4hc3.pages.dev/105
  • xd5wln4hc3.pages.dev/80
  • xd5wln4hc3.pages.dev/129
  • cerpen kehilangan orang yang disayang